Egois

Hampir semua manusia memiliki rasa egois, yang ingin menang sendiri, tidak mau kalah dari orang lain walaupun salah, dan sebagainya. Namun tidak banyak yang dapat “manage” perasaan egois tersebut. Hanya sedikit orang yang saya jumpai mampu menahan keinginan pribadinya untuk kepentingan orang lain.

Mungkin kalian pernah mendengar orang bilang jika kita tidak egois dalam hidup ini maka hidup kita akan sulit untuk maju. Dan untuk merelakan keinginan/kepentingan pribadi itu sulit.
Kalau saya pikir lagi memang ada benarnya, tapi tidak sepenuhnya saya setuju dengan pernyataan itu.

Memang pada dasarnya perasaan kita sulit untuk merelakan apa yang kita inginkan atau apa yang kita miliki itu untuk orang lain, terlebih untuk sesuatu yang tidak jelas. Dibutuhkan hati yang terbuka dan rasa ikhlas dalam hal memberi. Namun apakah semua yang kita miliki itu tidak boleh dirasakan, dimiliki, atau diberikan kepada orang lain? Apakah setiap keinginan kita itu harus terpenuhi hingga kita tidak memikirkan perasaan orang lain? Bukannya hidup ini hanya untuk sementara, sehingga apa yang kita miliki dan apa yang kita inginkan hanya untuk sesaat saja? Dan apakah kita pernah berpikir jika kita yang mengalami sebagai korban atau orang yang keinginannya tidak tercapai akibat keegoisan orang lain?

Rasa egois yang ada di setiap diri kita memang seringkali muncul ketika kita sedang menginginkan sesuatu atau ketika kita berada di keadaan tertentu. Besarnya rasa egois itu sangat terasa dikala sesuatu yang kita inginkan tersebut ternyata tidak menjadi kenyataan. Kita akan kesal, marah, dan bahkan bisa menjadi depresi jika kita tidak “manage” hati kita.

Coba kita bayangkan atau mungkin anda pernah mengalami, ketika kita sedang menjalani hubungan dengan lawan jenis dan pasangan kita tersebut melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan kita, seperti ketika kita mengirim sms dan dia membalas namun dengan kata” yang mungkin bagi kita seperti bukan sepasang kekasih. Dan kebetulan anda tidak dapat “manage” rasa egois anda. Apakah yang terjadi? Bukankah kita akan menjadi sedikit kesal, atau bahkan mungkin muncul tanda tanya besar di pikiran kita kenapa sms dari dia seperti itu. Setelah itu, mungkin kita akan melontarkan beribu-ribu pertanyaan kepada dia. Apakah hidup seperti ini nyaman? Apakah kita tenang jalanin hidup ini jika di benak kita masih berpikiran “saya mau A ya A, saya mau B ya harus B”.

Contoh di atas sangatlah simpel, dan egois yang saya maksud ya seperti itu. Bagaimanakah “manage” rasa egois yang terdapat diri kita? Saya bukan manusia sempurna dan mungkin saya pun termasuk orang yang egois, tapi saya memiliki beberapa masukkan kepada kalian yang membaca tulisan ini. Rasa egois itu muncul karena kita tidak memiliki hati yang ikhlas. Cobalah lakukan hal-hal yang simpel di sekeliling kita yang dapat menguji keikhlasan kita dalam hal memberi dan menerima, baik kepada pasangan kita, teman-teman kita, ataupun saudara kita. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan bila ada yang memiliki pendapat lain silahkan kita bahas bersama-sama.

This entry was posted in Wisdom and tagged , . Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *