Dualisme Pikiran

YA, BEGITU SAJA

Suatu hari Sang Guru kehilangan kudanya.
Temannya datang untuk menghibur.
Sang Guru berkata,
“Baik? Buruk? Aku tidak tahu. Ya, begitu saja.”

Suatu hari kudanya pulang beserta seekor kuda liar.
Temannya datang mengucap selamat.
Sang Guru berkata,
“Baik? Buruk? Aku tidak tahu. Ya, begitu saja.”

Suatu hari anak Sang Guru patah kaki jatuh dari kuda liar itu.
Temannya datang untuk menghibur.
Sang Guru berkata,
“Baik? Buruk? Aku tidak tahu. Ya, begitu saja.”

Suatu hari pecah perang, semua pemuda sehat harus berangkat perang.
Temannya datang mengucap selamat.
Sang Guru berkata,
“Baik? Buruk? Aku tidak tahu. Ya, begitu saja.”

Setelah terik datanglah hujan.
Setelah hujan datanglah terik.
Bukan baik atau bukan buruk.
Ya, begitu saja.

Kita tidak semestinya terjebak dalam dualisme. Pikiran kita seolah terprogram untuk berpikir dualistik baik–buruk. Lebih jauh, kita selalu melekat pada apa yang kita ANGGAP baik.

Kalau sesuatu yang kita ANGGAP baik datang, kita katakan itu ANUGERAH, kita menyanjung, kita bersorai, kita tergelak…

Kalau sesuatu yang kita ANGGAP tidak baik datang, kita katakan itu BENCANA, kita merutuk, kita meratap, kita menangis…

Bencana atau anugerah, sebenarnya ya, begitu saja…
Bukan baik atau bukan buruk.
Pikiran kita sajalah yang meng-ANGGAP-nya demikian.

Masihkah kita akan “dipermainkan” oleh dualisme pikiran?
Ayolah, kita senantiasa berbahagia, dalam segala peristiwa.
Tidak ada baik, tidak ada buruk!
Ya, begitu saja…

By : Unknown

This entry was posted in Wisdom and tagged , . Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *